Definisi plasenta lengket pada saat persalinan
Sehingga proses persalinan tidak hanya berhenti
setelah bayi dilahirkan, melainkan masih ada tahap kala III yang tidak kalah
penting, yaitu melahirkan plasenta atau orang jawa bilang “Sedulur Enom Bayi”
atau “Ari-ari”. Sama halnya dengan dua tahap sebelumnya, tahap ketiga (kala III)
ini juga bisa berlangsung cepat atau malah lebih lama.
Bila lebih dari 30 menit setelah bayi lahir,
plasenta atau Ari-ari belum juga ikut keluar, maka kondisi ini disebut
dengan Retensio Plasenta. Yaitu suatu kondisi yang disebabkan
oleh lengketnya plasenta pada dinding rahim sehingga sulit keluar.
Banyak yang mengaitkan bahwa kondisi plasenta
lengket (atau lama keluar) disebabkan oleh ibu hamil yang makan daun kemangi
atau makan sesuatu yang pahit (seperti pare) sewaktu hamil. Namun hal tersebut
hanya sebatas mitos dan tidak terbukti secara ilmiah.
Risiko bila ibu melahirkan
mengalami Retensio Plasenta
Risiko yang sering terjadi bila saat
melahirkan ibu mengalami Plasenta lengket atau Retensio
Plasenta adalah perdarahan post partum (perdarahan
setelah persalinan).
Pendarahan ini mulai terjadi (cukup banyak)
ketika sebagian atau keseluruhan plasenta yang lengket mulai terlepas, namun
selama plasenta belum terlepas sama sekali, maka Retensio Plasenta tidak
akan menimbulkan perdarahan.
Komplikasi lain yang munkin terjadi
adalah infeksi post partum, terutama bila masih ada jaringan yang
tertinggal, yang mungkin sebagai akibat dari plasenta yang hancur saat
dilakukannya pengeluaran plasenta secara manual.
Pendarahan pun akan sulit dihentikan, bila
ada sisa jaringan plasenta yang tertinggal, karena kondisi ini akan membuat
rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh darah di dalam
rahim akan terus terbuka. Atau kondisi ini dikenal dengan Atonia uteri,
yaitu kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan beretraksi dengan baik
setelah plasenta lahir.
Beberapa kondisi atau jenis
Retensio Plasenta
Bila dilihat dari kondisi terjadinya
perlengketan (Implantasi jonjot korion) plasenta, maka Retensio Plasenta
terdiri dari beberapa kategori (jenis), yaitu:
1. Plasenta Adhesiva, yaitu tertanamnya
plasenta secara kuat sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta Akreta, yaitu plasenta yang
tertanam hingga memasuki sebagian lapisan endometrium.
3. Plasenta Inkreta, yaitu plasenta yang
tertanam hingga menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
4. Plasenta Prekreta, yaitu plasenta yang
tertanam menembus lapisan serosa dinding rahim hingga ke peritonium (selaput
luar rahim).
5. Plasenta Inkarserata, yaitu plasenta yang
tertahan di dalam rahim akibat menyempitnya mulut rahim.
Beberapa kondisi inilah yang menjadi penyebab
patologis-anatomis pada Retensio Plasenta.
Penyebab plasenta lengket
dan tidak bisa keluar saat persalinan
Secara umum terdapat dua hal utama yang menjadi
penyebab lamanya plasenta lahir, yaitu (1) plasenta belum lepas dari dinding
uterus, atau (2) plasenta sudah lepas dari dinding uterus, tetapi belum
dikeluarkan.
Bila dilihat dari segi fisiologis-anatomis,
penyebab Retensio Plasenta antara lain :
- Kontraksi
rahim yang buruk (tidak adekuat). Baik itu akibat masalah Anemia
menjelang persalinan ,
hipertensi pada kehamilan, akibat adanya bekas luka (trauma) pada rahim,
ataupun kondisi lainnya yang membuat kontraksi rahim menjadi lemah saat
ataupun sesudah melahirkan. Dan yang menjadi masalah disini, bila plasenta
lengket disebabkan oleh kontraksi rahim yang lemah, maka pendarahan yang
terjadi akan sulit dihentikan. Karena, setelah bayi dan plasenta lahir,
rahim harus berkontraksi untuk menutup semua pembuluh darah dalam rahim
yang terbuka dan mengembalikannya ke kondisi dan posisi semula.
- Akibat kesalahan dalam
penanganan pada kala III persalinan, sebagai contoh: manipulasi rahim yang
dilakukan sebelum terjadinya pelepasan plasenta, sehingga menyebabkan
kontraksi rahim menjadi tidak teratur.
- Mulut
rahim keburu menutup sebelum plasenta sempat keluar. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh pemberian Uterotonik yang tidak tepat
waktu, sehingga menyebabkan leher rahim berkontraksi dan menutup mulut
rahim. Uterotonik adalah obat untuk meningkatkan kontraksi rahim yang
banyak digunakan untuk induksi
persalinan.
- Bentuk plasenta yang tidak
normal, misalnya Plasenta Suksenturiata yaitu plasenta
yang memiliki Lobus Asesoris (plasenta kecil yang terhubung pada plasenta
utama) sehingga plasenta kecil ini sering tertinggal di dalam rahim.
Selain itu bentuk Plasenta Membranacea (plasenta dengan
bentuk tipis sekali dan lebar) serta Plasenta Anularis (plasenta
berbentuk cincin) juga dapat menjadi penyebab sulitnya plasenta keluar
saat proses melahirkan kala III.
- Air ketuban terlalu banyak
(Polihidramnion).
- Tempat melekatnya plasenta yang
berada di sudut tuba falopi.
- Tali pusat putus sehingga
plasenta tertinggal di dalam.
Selain beberapa penyebab yang telah
Luvizhea.com sebutkan di atas, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya Retensio Plasenta, termasuk diantaranya:
- Grandemultipara, yaitu wanita yang memiliki lebih dari 5 kelahiran
sebelumnya, pada kondisi ini biasanya telah terjadi penurunan sel-sel
desidua pada jaringan endometrium.
- Bekas
luka pada uterus (rahim), akibat dari prosedur kuret berulang atau
bekas operasi
Caesar pada persalinan
sebelumnya atau pun akibat pernah menjalani operasi pengangkatan
miom, pada kondisi ini selain
membuat kontraksi rahim menjadi kurang baik, juga berisiko membuat
plasenta dapat tertanam lebih dalam pada jaringan parut rahim saat proses
implantasi.
- Kehamilan kembar atau multiple,
yang memerlukan implantasi plasenta yang lebih luas.
- Kehamilan
dengan Plasenta Previa,
terkadang pada kondisi ini tempat melekatnya plasenta terdapat di
bagian isthmus yang mempunyai pembuluh darah sedikit,
sehingga plasenta perlu melekat masuk lebih dalam dan akhirnya sulit
dikeluarkan.
- Komplikasi
persalinan seperti mengalami hipertensi
(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan, atau mengalami infeksi ataupun reaksi peradangan di
dalam tubuh.
- Kehamilan pada usia lanjut
(diatas 40 tahun). Atau pada kondisi tertentu, seperti wanita muda dengan
kebiasaan merokok atau menghirup asap rokok.
- Mengkonsumsi obat penguat
kandungan saat masa awal kehamilan.
Plasenta lengket bisakah
dideteksi melalui USG saat masa kehamilan?
Kondisi plasenta (Ari-ari) lengket umumnya
sulit dideteksi dini, baik itu melalui pemeriksaan USG kandungan maupun
pemeriksaan MRI. Perlengketan ari-ari baru bisa dideteksi (ditemukan) pada saat
proses persalinan berlangsung. Yaitu dengan melihat lamanya proses kelahiran
plasenta pada kala III yang lebih dari 30 menit atau bahkan hingga 1 jam, dan
ditandai juga dengan pendarahan yang lebih banyak.
Mengeluarkan plasenta yang
lengket dengan tindakan Manual Plasenta
Retensio Plasenta merupakan suatu kondisi
gawat darurat yang memerlukan penanganan segera. Tindakan pertolongan pertama dalam
menangani Retensio Plasenta adalah dengan melakukan prosedur pengeluaran
plasenta dengan memasukkan tangan ke dalam rahim untuk melepaskan lalu
mengeluarkannya, tindakan inilah yang disebut dengan Manual Plasenta.
Hingga saat ini tidakan Manual Plasenta atau
pengeluaran plasenta dengan tangan ini masih dianggap sebagai cara yang paling
baik. Namun apabila tindakan Manual Plasenta dengan tangan
tidak mungkin dilakukan, maka jaringan dapat dikeluarkan dengan menggunakan
Tang (Cunam) Abortus.
Setelah prosedur Manual Plasenta berhasil
dilakukan, meski sebagain besar plasenta berhasil dilepaskan, umum dijumpai
adanya sedikit sisa plasenta yang tertinggal. Untuk mengeluarkan sisa yang
tertinggal ini biasanya akan dilakukan prosedur kuret, yaitu
melakukan pengerokan untuk membersihkan sisa-sisa plasenta yang masih
tertinggal.
Sebab bila masih ada jaringan yang tertinggal
akibat plasenta yang hancur saat dilakukan Manual Plasenta, maka selain masih
menimbulkan pendarahan
pasca melahirkan dalam
waktu yang lama, hal ini juga dapat menyebabkan infeksi post partum yang
disertai gejala demam, muntah, dan sebagainya. Selain itu, plasenta yang
lengket dan masih ada jaringan yang tertinggal juga memicu timbulnya kanker
dikemudian hari.
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan
semuanya, Dokter akan memberikan obat Uterotonika melalui suntikan atau per
oral (diminum) untuk merangsang kontraksi agar pembuluh darah rahim yang
terbuka segera menutup dan membersihkan rahim. Selain itu pemberian Antibiotika
Profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan Metronidazol 500 mg
IV) juga bisa diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Bagaimana bila tindakan
Manual Plasenta gagal?
Apabila tindakan Manual Plasenta gagal
setelah beberapa kali percobaan, maka tidak ada jalan lain selain
melakukan pengangkatan rahim (Histerektomi), karena bila ini
tidak dilakukan, ibu akan terus mengalami pendarahan hingga meninggal.
Selain itu, Pada kasus Retensio Plasenta yang
masuk pada kategori plasenta akreta, inkreta, dan prekreta, juga memerlukan
penanganan yang lebih kusus yaitu pengangkatan rahim (Histerektomi) untuk
mengatasinya. Mengingat pada kondisi ini jaringan plasenta tertanam jauh lebih
dalam menembus jaringan otot-otot rahim bahkan jaringan rahim terluar.
Bila sudah pernah mengalami
plasenta lengket saat melahirkan, apakah akan mengalami hal yang serupa saat
kehamilan berikutnya?
Memang bagi ibu yang pernah mengalami
Retensio Plasenta memiliki resiko lebih besar mengalami hal serupa dimasa
mendatang. Seperti yang Luvizhea.com sebutkan diatas, risiko ini juga akan
semakin meningkat seiring penambahan jumlah anak dan pertambahan usia ibu saat
hamil.
Namun demikian pada sebagian wanita, kondisi
ini belum tentu berulang. Karena setiap kehamilan memiliki karakteristik
tersendiri.
Bagaimana tindakan
pencegahan agar plasenta tidak lengket dan tertinggal saat proses persalinan?
Pencegahan kondisi ini adalah dengan
melakukan kontrol kehamilan, seperti rutin memeriksakan kandungan secara
teratur serta berusaha untuk mengendalikan faktor risiko (bila ada) seperti
yang telah Luvizhea.com sebutkan sebelumnya.
Ibu yang pernah melakukan tindakan operasi atau
kuret, sebaiknya melakukan persalinan di Rumah sakit. Dengan begitu, bila
terjadi sesuatu dapat ditangani segera, dan peralatan medisnya pun lebih
memadai.
Upaya lain yang bisa dilakukan untuk
memudahkan lahirnya plasenta pada kala III persalinan adalah dengan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD). IMD dapat membantu menjaga produksi Oksitosin alami dalam
tubuh, yang membantu kontraksi uterus secara optimal untuk mendorong pelepasan
plasenta secara alami. Jadi bila memungkinkan untuk menyusui bayi sedini
mungkin, maka ini juga dapat membantu mencegah terjadinya kondisi Retensio
Plasenta.
Selain itu, tindakan yang bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya Retensio Plasenta pada saat proses persalinan adalah
dengan melakukan percepatan kelahiran plasenta (pada kala III) dengan pemberian
suntikan oksitosin sintetis segera setelah bayi lahir. Hal ini dilakukan untuk
menginduksi kontraksi rahim agar dapat membantu mengeluarkan plasenta.
Penegangan tali plasenta dengan tepat dan melakukan pemijatan rahim dengan
tepat juga dapat menurunkan kemungkinan terjadinya Retensio Plasenta saat
melahirkan. Untuk itu pilihlah Bidan atau Dokter kandungan yang telah
berpengalaman dalam membantu proses persalinan Anda.